Politik, tidak lagi ditempatkan sebagai
salah satu metoda saja untuk mensejahterakan rakyat secara kolektif, kini
politik lebih mirip dengan perdagangan sapi.
yang dimana masyarakat menjadi korban
cambuk politik yang kini menjadi jadi jadii. Memang kini bangsa Indonesia belum
dapat menemui system yang pas untuk mengsejahterakanmasyarakatnya,
alangkah lebih baik kita mengkaji kembali sejarah sejarah bangsa kita
dulu, bangsa yang sangat menjujung tinggi musyawarah damai, gotong
royong, persaingan sehat, dan politik yang sehat, dan dulu kita pernah di juluki
macan asia,
bukan kah karna kita salingmengobati
bukan saling meracuni, mungkin saat kini kaum kaum di atas sana banyak yangmeracuni
karekter presiden terpilih Jokowi-JK, karna untuk kepentingan sendiri atau
kelompok.Kita bisa menilai dua system ini memang memiliki kesalahan, seperti
yang sudah di utarakan diatas banyak pemilihan langsung yang telah terfonis
tersangka koruopsi bahkan sedikitnya, 332kepala daerah, bupati wali kota
dan gubernur jadi tersangka, 86 persen karena korupsi,selebihnya
kesalahan administari dalam mengelola anggaran daerah. Bukan kah itu
menutupkorupsi korupsi yang tersetruktur apa bila pemilihan melalui DPRD, bukan
kah meraka yangtersangka banyak dari kaum kaum DPRD ? bahkan ketua MK menjadi
calon selanjutnya, dankini Rakyat hanya menjadi bagian dari pembodohan politk secara
sistematis bagi parpol yang berkuasa atau menang.Kini politik hanya
di kuasai oleh orang orang yang berkuasa atau menang, dan untuk kaum yangkalah
menjadi anarki karna kurangnya kursi untuk mereka kuasai, bisa saja
pemilihan PilkadaDPRD menempatkan pimpinan dan anggota dewan mudah
sekali melakukan praktek koruptif.Intervensi elit parpol ke daerah,
efektif untuk korup yang tersetruktur dan terorganisir. Sehinggarakyak menjadi
korban sumpah palsu dan otoritas partisipasi publik tidak terbuka bagi rakyat.
Rakyat
yang sering dijadikan sebagai ―tema
kampanye‖ hanya menjadi
korban kebijakan, tanpa bisa
melakukan pembelaan.
―lebih baik menumbuhkan tikus –
tikus padi dari pada tikus tikus
berdasi‖ itu ungkapan saya
yang tepat untuk mengabarkan pejabat
pejabat yang menjadi tersaka korupsi, merekamengorbakan jalur sukses sector
berbagai bidang, mengangap rakyat seperti bocah puber yangtidak mengerti apa apa dan
tidak bisa mengtorsir informasi.Dalam dua system ini memang memiliki kelemahan
yang bisa berdampak sangat besar, tetapiapakah kita selalu melihat kelemahan
itu menjadi racun untuk menjatuhkan sesama bangsaIndonesia ? alangkah lebih
baik kita mengkaji pemimpin pemimpin terdahulu, pemimpin yangsangat berjasa
untuk bumi pertiwi ini, beliau rela mengorbankan harta,waktu,dan nyawanyauntuk
negara ini. Bukan kah mereka yang saling berebut kursi itu juga pemimpin
?Pemimpin tampa etika dan hati nurani sama hanya dengan tong yg berisikan
kotoran ternak,karna pemimpin yang tidak memliki etika dan hati nurani bisa
saja melululantahkan 1 negaradengan mudahnya, karna pemimpin lah yang menjadi
pelopor dan segala otoritas yang menjadikeputusannyaKini yang menjadi
pertannyaan, ketika pemimpin ideal telah terpenuhi apakah system
politiknyatelah memiliki etika ? Seperti kata bijak,
―politik tanpa etika adalah buta,
etika tanpa politik
adalah kosong, ―
system yang lebih terlihat seperti
plin-plan, kebingungan elit politik, sepertikehilangan orientasi dalam memimpin
setelah kalah, menjadi perilaku elit yang biasa ditontonoleh rakyatMungkin
kini kemunduran demokrasi di Indonesia apa bila memang pemilihan gubernur
danwalikota di pilih oleh DPRD, tetapi apakah kaum rakyat jelata mengerti
situasi itu ? mungkin
yang lebih mereka kenal bagai mana
mencari makan besok, bagai mana anak anakku kelak, bagai mana kesehatan, pendidikan
yang murah untuk mereka. Masih banyak PR Negara ini tidakhanya
demokrasi yang damai dan kaum elit yang saling menjatuhkan, tetapi pembagunan
yang
merata, tunjangan untuk ‗sesepuh‘ Negara
yang telah mengabdi untuk Negara, kesejahteraan,
fasilitas yang memadai, serta ekomoni
tidak hanya harta tetapi juga etika.Masih banyak di bawah jembatan,
gelandangan, atau mungkin b
iasa di sebut ―RT 0 RW 0‖
olehkaum seniman teater. Apa
mereka bisa menikmati fasilitas KTP ? tunjangan kesehatan gratis ?dan bantuan
bantua lainnya. Masih pantaskah mereka di sebut kaum perwakilan rakyat
yanghanya kerjanya memikirkan kekuasaan yang pekerjaannya ngorok di kursi saat
rapat.Masih banyak dinding - dinding yang terbuat dari daun, serta langit
menjadi atapnya, bahkandampal kaki sebagai alat mereka berpijak untuk menempuh
pendidikan agar hidup mereka layakdi masa depan, bahkan mereka bercita cita
menjadi pemimpin bangsa kelak,Politik mamang kunci system agar terjalin
kedaulatan, dan faktor faktor yang menunjang berbagai aspek di atas. Tetapi apakah pantas politik menjadi tameng pembelaan kekuasaanserakah
yang hanya memperkaya diri dan sanak saudara.Rakyat rindu akan
politik bersih, pemimpin yang beretika, kemusyawarahan yang damai, gotongroyong
saling menutupi kekurangan, serta keadilan yang merata bagi setiap kaum yang
berpijakdi negri ini.
Kesimpulan :
Politik di Indonesia saat ini
masih bisa dibilang belum adil. Kejahatan kecil bisa di hukum dengan jangka
waktu yang lama sedangkan kejahatan besar seperti korupsi yang menyengsarakan
rakyat indonesia malah di berikan hukuman dengan ringan atau bisa di bilang
hukuman penjara yang singkat bahkan ada yang di bebaskan begitu saja. Orang-orang
yang kekurangan dalam hal ekonomi rela melakukan hal kejahatan demi sesuap nasi
belum tentu itu atas dasar memang ingin, faktor utama pasti karna kebutuhan
hidup yang memerlukan uang, membiayai keluarga untuk sekolah bahkan hanya untuk
makan sehari-hari, mereka yang ketahuan bisa di hukum dengan berat sedangkan
para koruptor gila yang melakukan hal kejahatan karna memang ingin berbuat
curang bisa mendapatkan perlakuan istimewa dengan hanya membagi sedikit
keuntungan kepada beberapa orang. Ini sungguh tidak adil.
Cr:http://www.academia.edu/8637099/Pendapat_saya_mengenai_politik_saat_ini_yang_terjadi_di_indonesia